Senin, 29 Juli 2013

ASAL USUL NAMA KOTA TEMANJUK

 nama Temajuk

   Temajuk merupakan salah satu desa yg berada tepat di ekor kalimantan dan berbatasan langsung dengan negara Malaysia, desa ini merupakan desa yang mempunyai potensi alam wisata yang sangat menjanjikan yang tidak kalahnya di bandingan dg tempat wisata lain di indonesia. dan memiliki sumber alam yang melimpah seperti, biji besi, gas alam, minyak bumi, batu bara dll. namun di sebalik itu perhatian pemerintah terhadap daerah ini masih kurang dan jauh yang di harapkan oleh masyarakat setempat.
  Temajuk mulai banyak di bicarakan oleh masyarakat karena isu kasus pencaplokan daerah camar bulan yang di klaim milik malaysia, di sebalik itu masyarakat temajuk di untungkan dg pemberitaan di media cetak maupun media elektronik. dengan adanya pemberitaan tersebut akses jalan menuju desa Temajuk, pembangunan PLTA sudah mulai di kerjakan. apa jadinya Desa temajuk seandainya kasus camar bulan tidak di heboh di media ?
Mungkin belum banyak orang mengetahui asal kata TEMAJUK, yaitu TEmpat MAsuk JalUr Komunis. dikarenakan tempat ini merupakan markas besar komunis tepatnya di kawasan sungai baywan. sebaliknya di kawasan tanjung bendera merupakan daerah markas TNI AD dan dari sinilah nama tanjung bendera itu di abadikan untuk sebuah nama tanjung yang ada di daerah temajuk. di karenakan  berkibarnya sang merah putih di daerah tersebut, daerah tanjung bendera ini juga merupakan daerah satu satunya yang bisa mendapatkan sinyal operator seluler indonesia. tidak heran kalau tempat ini sering di kunjungi masyarakat untuk berhubungan dengan keluarga, pacar, rekan kerja dll.
   Camar bulan yang banyak di bicarakan oleh masyarakat adalah merupakan salah satu Dusun di Desa Temajuk, daerah ini merupakan pusat perdagangan dan aktifitas masyarakat setempat. konon camar bulan di ambil dari nama seorang putri dari kerajaan majapahit yaitu PUTRI AMAR WULAN, dengan kecantikannya dan keramahannya putri ini di perebutkan oleh raja – raja dari kerajaan lain namun tidak satu pun raja yang dapat mengabulkan permintaan putri tersebut yaitu membuat sebuah gunung dalam waktu 24 jam. akhirnya putri tersebut pergi ke daerah kerajaan paloh ( Kerajaan gaib ).seakrang paloh sudah menjadi kecamatan yang sangat di kenal di khalayak ramai baik di nasional dan internatioanal.

PADANG 12 TEMPAT KERAJAAN BANGSA JIN

PADANG 12

Mungkin belum banyak yang mendengar tentang Padang 12(duabelas) biasanya hanya beberapa orang sekitar ketapang saja yang mengetahui banyak tentang padang12. Saya mencoba mengangkat cerita yang belum pernah di publikasikan di media mana pun di Indonesia mau pun di luar negeri yaitu PADANG 12. Percaya atau tidak, tetapi bukti memang benar-benar ada dan nyata. Padang 12 terdapat di sebuah kabupaten yang letaknya di Propinsi Kalimantan Barat yang bernama Kabupaten Ketapang terdapat banyak misteri yang belum terungkap di sana. Letaknya diantara Kecamatan Kendawangan dan Pesaguan. Disebut dengan Padang 12, karena di lokasi ini hanya 12 kilometer yang diyakini penuh dengan misteri. Kawasan ini dipenuhi dengan pasir kuarsa yang ditumbuhi oleh pohon kayu putih (pinus). Kendati diyakini 12 kilometer, namun pandangan kalangan tertentu, kawasan ini adalah kota besar alam gaib.

Jika orang yang lewat jalan raya dari ketapang ke kendawangan takabur terhadap daearah itu atau berbuat jahat di daerah tersebut maka kenungkinan besar akan melihat pemandangan yang aneh , seram atau lebih parah dari itu. Di padang 12 terdapat sebuah perkampungan biasa yang masyarakatnya taat beribadah. Masyarakat Ketapang menyebutnya orang kebenaran atau lebih dikenal dengan nama orang Limun.

Perkampungan mereka tidak tampak oleh mata orang biasa, dan hanya bisa di lihat oleh orang yang berjodoh saja. Banyak orang yang ingin membuktikan keberadaan daerah itu cuman tidak pernah ada yang melihat langsung , konon katanya penduduk setempat orang limun/orang kebenaran mempunyai pesawat pribadi, mobil mewah, dan sebagainya layaknya manusia normal, tetapi mereka tidak mempunyai belahan di bawahhidung di atas bibir.

Beberapa tahun lalu (sumber tidak menyebutkan tahunnya) 7 kapal besar bermuatan mobil mewah hilang di perairan Ketapang (Kalimantan Barat) dekat padang 12. Kemudian di Semarang ada kapal besar berwarna kuning yang menyakut peralatan mewah yang menurut orang-orang tua di daerah itu barang tersebut milik orang Limun.

Cerita lain mengatakan ada seorang bidan bernama bidan RATNA, suatu malam rumahnya di gedor (di ketuk) oleh beberapa orang kira-kira jam 2an, si bidan membuka pintu dan ternyata ada orang yang mau melahirkan. Naluri seorang bidan langsung mengeksekusi pasien tersebut, setelah pasien selesai melahirkan ternyata mereka minta langsung pulang aja. Melihat dari cara mereka berpakaian si bidan sudah mengerti mereka bukan orang yang berada, setelah pasien dan suaminya hendak pulang mereka sempat membicarakan masalah biaya, mereka memang tidak mampu membayar ongkos persalinan, tetapi si bidan memang mempunyai niat untuk menolong tanpa meminta bayaran sesenpu. Tetapi keluarga tidak mungkin meninggalkan rumah bidan tanpa memberikan apa pun, mereka tidak mempunyai uang tetapi mereka hanya punya se kantong kunyit dan bidan dengan ikhlas menerima kunyit tersebut. Setelah mereka pergi dari rumah bidan, bidan pun langsung masuk kerumah, dan melanjutkan tidur, dan keesokan harinya si bidan kaget dengan berubahnya kunyit tadi menjadi emas, bidan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya si bidan langsung menanyakan ke suaminya, ternyata benar itu sebuah emas murni, setelah di selidiki ternyata yang melahirkan pada malam itu adalah salah satu masyarakat padang 12. Sampai sekarang emas tersebut masih ada disimpan oleh sang bidan cerita ini saya dengar sendiri dari bidan Ratna, orang nya sekarang masih hidup, bidan RATNA adalah salah 1 saksi bahwa orang limun( begitulah orang ketapang menyebutnya) atau orang padang 12, itu ada dan nyata itu membuktikan bahwa mereka sama seperti kita ( manusia biasa). Dilangsir dari Pontianak Post.

Bahkan harta karun juga dipercaya tertimbun di Padang 12. Penampakan pada kalangan tertentu pernah terjadi. Sering kali warga menemukan kejadian aneh di kawasan itu. Dari wujud manusia sampai babi berbulu merah pernah warga temukan di Padang 12. Misalnya saja Mat Noor. Perjalanan dari Ketapang ke Kendawangan di dalam suatu bis dia menemukan orangtua yang jambang panjang. Selama bis melaju mereka bercerita panjang. Sampai di kawasan Padang 12, orangtua itu turun dan mengajak Mat Noor pergi. Dia menolak dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bis. Bagi orang, jika penumpang turun di kawasan itu hal yang biasa. Karena di kawasan itu sudah dipercayai kawasan orang kebenaran. Ketika ngobrol panjang di dalam perjalanan, Mat Noor sempat mengunyah permen yang diberi, tapi bungkusnya diminta kembali. Kejadian 1987 itu ternyata saat sekarang Mat Noor bisa mengobati orang yang sakit.

Cerita lain yang dituturkan Rohendi, seorang bidan diajak orang kebenaran menolong istrinya melahirkan. Ajakan itu diterima, setelah menolong persalinan, orang kebenaran tak memiliki uang dan berniat memberinya kunyit. Dia tak mngetahui orang kebenaran itu, karena menganggap kunyit mudah didapatkan, pemberian yang ditawarkan selama tiga kali itu ditolaknya. Bidan itu mengikhlaskan pertolongannya. Selang malam hari salah satu keluarga bidan itu diberi kabar lewat mimpi. Bahwa keluarganya itu telah menolak pemberiannya. Dalam mimpi dia menasehatkan supaya jangan menolak, karena dianggap kurang baik. Namun wujud terima kasih, keturunan keluarga itu menjadi orang berhasil dan berpangkat di Tanah Kayong. Berbeda lagi dengan seorang pedagang dari Ketapang ke Kendawangan dengan mengunakan sepeda.

Dalam perjalanan pedagang keturunan Jawa itu bertemu dengan orangtua dan anak kecil. Orang itu meminta air kepada dirinya. Air yang diminta tak diberikan pedagang tadi. Karena tak diberi, orang itu mengatakan tidak mengapa. Anehnya perjalanan pedagang itu, baru sampai ke Kendawangan seminggu lamanya. Dia masuk keluar hutan, akhirnya barang yang dibawanya habis di tengah jalan karena terjatuh. “Ini lagi memang nyata juga terjadi di Padang 12, siapa namanya saya sudah lupa, tapi dalam perjalanan ada yang menahannya dan minta rokok. Bukan hanya rokok yang diberikan orang, tapi diajak bicara dan diajak makan bekalannya, setelah orang tadi pergi, tujuan ke Kendawangan hanya dikayuh dengan sepeda hitungan menit,”cerita Rohendi.

Menurut cerita orang-orang di kampung ibu saya, Orang Limun juga sering dijumpai di pedalaman Kecamatan Tumbang Titi. Bahkan beberapa dari mereka mengaku pernah berjumpa dengan Orang Limun di ladang dan di tengah hutan. Mereka mengatakan bahwa orang Limun yang pernah mereka jumpai berparas tampan atau ganteng dan berpakaian rapi.

MASYARAKAT Ketapang mempercayai “orang kebenaran” adalah orang suci dan jujur. Ada juga yang percaya “orang kebenaran” adalah golongan Jin muslim yang bermukim di daerah tertentu. Namun sekelompok masyarakat lain juga mempercayai bahwa “orang kebenaran” merupakan keturunan malaikat Harut dan Marut. Tapi yang pasti adalah beragam cerita seputar Padang 12 dipercayai masyarakat. Bahkan ada cerita pertolongan yang diberikan manusia secara kebetulan, telah memberkahi keturunan manusia itu. Namun menurut masyarakat Ketapang, jika anda ingin bertemu orang Limun maka harus benar-benar suci dan baik.

PUSAKA KALBAR YANG BELUM DI KEMBALIKAN JEPANG

 Pusaka Kalbar

Ketua Majelis Kerajaan Nusantara, Gusti Suryansyah, mengatakan telah lama meminta agar kedua negara itu mengembalikan harta pusaka beserta dokumen-dokumen pentingnya. Tapi upaya tersebut tidak membuahkan hasil. “Kami ingin pemerintah daerah mencermati hal ini sebagai hal yang penting karena nilainya tidak bisa dihargai dengan uang,” kata dia, yang juga Raja Kerajaaan Ismahayana Landak bergelar Pangeran Ratu, Jumat, 4 Mei 2012.

Dua negara tersebut, kata dia, banyak mengambil dokumen penting kerajaan dan melakukan pemiskinan terhadap kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat. “Bahkan ada kerajaan yang dimiskinkan, yang hanya ditinggali oleh Belanda, baju yang dipakai di badan,” katanya.

Habis dijarah Belanda, kekejaman masa penjajahan Jepang ikut bertanggung jawab dalam menghilangkan generasi para raja, tokoh politik, alim ulama serta tokoh masyarakat yang berpengaruh saat itu, yang dikenal dengan "Peristiwa Mandor Berdarah".

Peristiwa Mandor adalah peristiwa pembantaian massal yang menurut catatan sejarah terjadi pada tanggal 28 Juni 1944. Kala itu terjadi pembantaian tanpa batas etnis dan ras oleh tentara Jepang dengan samurai, di daerah Mandor, Kabupaten Landak. Kini, melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2007, Peristiwa Mandor ditetapkan sebagai Hari Berkabung Kalimantan Barat yang diperingati setiap 28 Juni .

Dari data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar, penghuni pertama Kalimantan Barat diperkirakan hidup di kawasan pantai dan pinggiran Sungai Kapuas. Pada abad ke-5, mereka sudah menjalin hubungan dagang dengan India, Cina, dan Timur Tengah. Mereka termasuk dalam rumpun Melayu.

Di Kalimantan Barat sedikitnya pernah berdiri 13 kerajaan. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Tanjungpura, Sukadana, Simpang, Mempawah, Sambas, Landak, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kubu, dan Pontianak. Tumbuhnya kerajaan tersebut bermula dari kedatangan Prabu Jaya, anak Brawijaya dari Pulau Jawa.

Tahun 1598 Belanda mulai mendarat di Kalimantan. Namun kolonialisme baru mencengkeram Kalimantan pada abad ke-17. Ketika itu, Belanda dan Inggris berusaha menguasai perdagangan. Sementara itu Kerajaan Bugis juga berusaha menguasai Kalimantan. Mereka kemudian mendirikan kerajaan baru di Mempawah. Selain itu, lahir pula Kesultanan Pontianak, yang pada masa pemerintahan Sultan Hamid menggabungkan diri dengan Republik Indonesia.

Pada abad ke-19, Belanda dan Inggris semakin intensif memaksakan monopoli dagangnya di berbagai kesultanan. Mereka juga menyebarkan agama Kristen. Agar bisa mendominasi perdagangan, mereka harus mematahkan berbagai perlawanan beberapa kesultanan dan suku yang tidak mau tunduk. Pada awal abad ke-20, Belanda telah menguasai daerah pedalaman. Namun pada 1930 Belanda baru berhasil menduduki Kalimantan, kecuali Kalimantan Utara (Malaysia) yang dikuasai oleh Inggris.

SEJARAH KERAJAAN KUTAI

kerajaan kutai

Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah Kutai. Hal ini disebabkan, karena setiap prasasti yang ditemukan tidak ada yang menyebutkan nama dari kerajaan tersebut. Wilayah Kerajaan Kutai mencakup wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur. Bahkan pada masa kejayaannya Kerajaan Kutai hampir manguasai sebagian wilayah Kalimantan.

a. Sumber Sejarah
   
     Sumber yang mengatakan bahwa di Kalimantan telah berdiri dan berkembang Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu adalah beberapa penemuan peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut yupa. Yupa tersebut adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai pada saat itu. Nama Mulawarman dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi pada Kaum Brahmana.


b. Kehidupan Politik

     Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh hindu (India) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam kepemerintahan, yaitu dari pemerintahan suku dengan kepala suku yang memerintah menjadi kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala pemerintahan. Berikut beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai:

- Raja Kudungga
     Adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Dapat kita lihat, nama raja tersebut masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.

- Raja Aswawarman
     Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai ( ditentukan dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai.

-Raja Mulawarman
      Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak.

c. Runtuhnya Kerajaan Kutai

          Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara.

DANAU YANG ADA DI KALIMANTAN BARAT

Danau Lipan


Di kecamatan Muara Kaman kurang lebih 120 km di hulu Tenggarong ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur ada sebuah daerah yang terkenal dengan nama Danau Lipan. Meskipun bernama Danau, daerah tersebut bukanlah danau seperti Danau Jempang dan Semayang. Daerah itu merupakan padang luas yang ditumbuhi semak dan perdu.
Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan. Tepi lautnya ketika itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu yang lebih dikenal dengan nama Benua Lawas. Pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai dikunjungi karena terletak di tepi laut.
Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri yang cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian tak lain karena bila sang putri ini makan sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih yang merah itu mengalir melalui kerongkongannya.
Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar pula oleh seorang Raja Cina yang segera berangkat dengan Jung besar beserta bala tentaranya dan berlabuh di laut depan istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke darat untuk melamar Putri jelita.
Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri terlebih dahulu raja itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia tidak mengetahui bahwa ia tengah diuji oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga pandai dan bijaksana. Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik melihat kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata makan dengan cara menyesap, tidak mempergunakan tangan melainkan langsung dengan mulut seperti anjing.
Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa tersinggung, seolah-olah Raja Cina itu tidak menghormati dirinya disamping jelas tidak dapat menyesuaikan diri. Ketika selesai santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri menolak dengan penuh murka sambil berkata, "Betapa hinanya seorang putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap seperti anjing."
Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan kemarahan luar biasa pula pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang diterima. Karena sangat malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus dengan segala kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera menuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap bala tentara yang kuat guna menghancurkan kerajaan dan menawan Putri.
Perang dahsyat pun terjadilah antara bala tentara Cina yang datang bagai gelombang pasang dari laut melawan bala tentara Aji Bedarah Putih.
Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan bala tentara Cina yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang menyaksikan jalannya pertempuran yang tak seimbang itu merasa sedih bercampur geram. Ia telah membayangkan bahwa peperangan itu akan dimenangkan oleh tentara Cina. Karena itu timbullah kemurkaannya.
Putri pun segera makan sirih seraya berucap, "Kalau benar aku ini titisan raja sakti, maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan yang dapat memusnahkan Raja Cina beserta seluruh bala tentaranya." Selesai berkata demikian, disemburkannyalah sepah dari mulutnya ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan sekejap mata sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang besar-besar, lalu dengan bengisnya menyerang bala tentara Cina yang sedang mengamuk.
Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu demi satu dibinasakan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang tak terlawan itu, segera lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian pula sang Raja. Mereka bermaksud akan segera meninggalkan Muara Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi ternyata mereka tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan Muara Kaman hidup-hidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk membinasakan Raja dan bala tentara Cina, maka dengan bergelombang mereka menyerbu terus sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap bala tentara Cina tak dapat berkisar ke mana pun lagi dan akhirnya mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.
Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah kemana dan bersamaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur Air Berani, sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan itu. Tempat Jung Raja Cina yang tenggelam dan lautnya yang kemudian mendangkal menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah yang kemudian disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan.

Sabtu, 20 Juli 2013

URUTAN PEMERINTAHAN KERAJAAN KUTAI

Masuknya Pengaruh Budaya

Masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya Indonesia mengalami perubahan. Perubahan yang terpenting adalah timbulnya suatu sistem pemerintahan dengan raja sebagai kepalanya. Sebelum budaya India masuk, pemerintahan hanya dipimpin oleh seorang kepala suku.

Selain itu, percampuran lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia mendirikan tugu batu. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa dalam menerima unsur-unsur budaya asing, bangsa Indonesia bersikap aktif. Artinya bangsa Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan asing tersebut dengan kebudayaan sendiri.

Bangsa Indonesia mempunyai kebiasaan mendirikan tugu batu yang disebut menhir, untuk pemujaan roh nenek moyang, sedangkan tugu batu (Yupa) yang didirikan oleh raja Mulawarman digunakan untuk menambatkan hewan kurban.


Pemerintahan Kerajaan Kutai

Berikut adalah beberapa orang raja paling berpengaruh yang pernah memerintah Kerajaan Kutai. 

Raja Kudungga. Adalah raja pertama sekaligus pendiri dari Kerajaan Kutai. Jika dilihat dari namanya yang masih menggunakan nama Indonesia, para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Kudungga pengaruh Agama Hindu belum terlalu kuat. Hal ini dikarenakan para raja kerajaan Hindu pada zaman dulu selalu menggunakan nama-nama India. Para ahli juga memperkirakan bahwa Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Namun setelah masuknya pengaruh Hindu dari India, maka berubahlah sistem pemerintahan dari kepala suku menjadi kerajaan. Kudungga lalu mendeklarasikan dirinya sebagai raja dan memutuskan bahwa pergantian kekuasaan harus dilakukan secara turun temurun sebagaimana sistem kerajaan pada umumnya.
  • Raja Aswawarman. Aswawarman adalah putra dari Kudungga. Aswawarman disebut sebagai seorang raja yang cakap dan kuat. Aswawarman pulalah yang memiliki jasa paling besar atas perluasan wiayah Kerajaan Kutai. Perluasan wilayah diakukan oleh Aswawarman dengan cara melakukan upacara Asmawedha, yaitu upacara pelepasan kuda untuk menentukan batas wilayah kerajaan. Kuda-kuda yang dilepaskan ini akan diikuti oleh prajurit kerajaan yang akan menentukan wilayah kerajaan sesuai dengan sejauh mana jejak telapak kaki kuda dapat ditemukan.
  • Raja Mulawarman. Merupakan putra Aswawarman sekaligus raja terbesar Kerajaan Kutai yang membawa Kutai mencapai puncak kejayaannya. Dibawah pemerintahannya, rakyat Kutai dapat hidup aman dan sejahtera. Pada prasasti Yupa, Mulawarman disebut sebagai seorang raja yang sangat dermawan karena telah memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para brahmana

PENINGGALAN KERAJAAN KUTAI

KERAJAAN KUTAI DAN PENINGGALANNYA

Kerajaan tertua di wilayah Nusantara adalah Kerajaan Kutai.Kerajaan ini terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur,tepatnya di sebuah kota kecamatan yang bernama Muarakaman.Daerah ini yang merupakan daerah percabangan antara sungai Mahakam dengan sungai Kedang Rantau.Kerajaan berdiri pada tahun 400 masehi.
Peninggalan sejarah yang membuktikan kerajaan Kutai sebagai kerajaan hindu pertama adalah ditemukannya prasasti berbentuk Yupa menggunakan bahasa sanskerta dan huruf pallawa.Yupa adalah tiang batu pengikat hewan korban untuk dipersembahkan kepada dewa.
Beberapa peninggalan kerajaan kutai:
1) tujuh buah Yupa yang ditemukan di daerah sekitar Muarakaman;
2) kalung Cina yang di terbuat dari emas;
3) satu arca Bulus;
4) dua belas arca batu.
Dari peninggalan prasasti, diketahui bahwa Kudungga adalah raja Kutai yang pertama Raja Kudungga digantikan oleh putranya yang bernama Aswawarman,kemudian digantikan oleh raja Mulawarman.
Pada masa pemerintahan Mulawarman,kerajaan kutai berkembang pesat sebagai pemeluk agama Hindu yang taat.Beliau menyembah dewa Syiwa,sedangkan dalam suatu upacara menghadiahkan 20.000ekor sapi kepada Brahmana.peristiwa ini ditandai dengan berdirinya sebuah Yupa.
Raja Mulawarman dikenal sebagai raja yang bijaksana.Rakyatnya hidup sejahtera dan makmur.

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN BANJAR DI KALBAR

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN BANJAR


Kerajaan Banjar Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau kalimantan yang wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar daerah kalimantan pada saat sekarang ini. Pusat Kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar Kuin Utara (sekarang di daerah Banjarmasin) , kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin dihancurkan oleh Belanda. Kerajaan ini berdiri pada september 1526 dengan Sultan Suriansyah (Raden Samudera) sebagai Sultan pertama Kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar runtuh pada saat berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905. Perang Banjar merupakan peperangan yang diadakan kerajaan Banjar untuk melawan kolonialisasi Belanda. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862 – 1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu. Kemunculan Kerajaan Banjar tidak lepas dari melemahnya pengaruh Negara Daha sebagai kerajaan yang berkuasa saat itu. Tepatnya pada saat Raden Sukarama memerintah Negara Daha, menjelang akhir kekuasaannya dia mewasiatkan tahta kekuasaan Negara Daha kepada cucunya yang bernama Raden Samudera. Akan tetapi, wasiat tersebut ditentang oleh ketiga anak Raden Sukarama yaitu Mangkubumi, Tumenggung dan Bagulung. Setelah Raden Sukarama wafat, Pangeran Tumenggung merebut kekuasaaan dari pewaris yang sah yaitu Raden samudera dan merebut tahta kekuasaan Negara Daha. Wilayah Kerajaan Banjar semakin berkembang dan lama kelamaan luas wilayahnya semakin bertambah. Kerajaan ini pada masa jayanya membentang dari banjarmasin sebagai ibukota pertama, dan martapura sebagai ibukota pengganti setelah banjarmasin direbut belanda, daerah tanah laut, margasari, amandit, alai, marabahan, banua lima yang terdiri dari Nagara, Alabio, Sungai Banar, Amuntai dan Kalua serta daerah hulu sungai barito. Kerajaan semakin diperluas ke tanah bumbu, Pulau Laut, Pasir, Berau dan kutai di panati timur. Kotawaringin, Landak, Sukadana dan sambas di sebelah barat. Semua wilayah tersebut adalah Wilayah Kerajaan Banjar (yang apabila dilihat dari peta zaman sekarang, Kerajaan Banjar menguasai hampir seluruh wilayah kalimantan di 4 provinsi yang ada). Semua wilayah tersebut membayar pajak dan upeti. Semua daerah tersebut tidak pernah tunduk karena ditaklukkan, tetapi karena mereka mengakui berada di bawah Kerajaan Banjar, kecuali daerah pasir yang ditaklukkan pada tahun 1663. Kekayaan alam/hasil bumi yaitu antara lain lada, rotan, damar, emas, dan intan. Mata pencaharian sebagian penuduk yaitu sebagai padagang, petani dan nelayan. Mempunyai hubungan pelayaran dan perdagangan dengan kerajaan lain seperti demak sehingga terjalin kerjasama yang menjadikan daerah pelabuhan menjadi ramai Dalam riwayatnya Kerajaan Banjar memiliki 19 orang raja yang pernah berkuasa. Sultan pertama kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah (1526 – 1545), beliau adalah raja pertama yang memeluk Agama Islam. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862 – 1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu. Sultan Suriansyah sebagai Raja pertama mejadikan Kuin Utara sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan Kerajaan Banjar. Sedangkan Sultan Mohammad Seman berkeraton di daerah manawing – puruk cahu sebagai pusat pemerintahan pelarian. Kerajaan Banjar sebagai salah satu bandar dagang utama di wilayah Kalimantan merupakan pusat perdagangan lada yang mempunyai pengaruh timbal balik antara kedudukan politik dan ekonomi. Sebagai pelabuhan bebas, Kerajaan Banjar tentunya menarik minat bagi para pedagang antar kepulauan untuk sekedar transit maupun berdagang dengan penduduk lokal. Pedagang asing utamanya yang berasal dari Cina, Perancis, Spanyol dan Portugis tentunya juga memiliki minat untuk menjalin kerjasama perdagangan dengan kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar mengalami kemajuaan sebagai dampak dari diaktikannya wilayah kerajaan ini sebagai pelabuhan bebas, tetapi sebaliknya kehadiran unsur asing didaerah itu juga dapat mengakibatkan akselerasi faksionalisme atau perpecahan di kalangan istana. Adanya faksionalisme di Kerajaan Banjar sebagai dampak dari kehadiran unsur asing pada akhirnya menjadi bumerang yang menghancurkan kerajaan Banjar itu sendiri. Kehadiran pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang ikut campur dalam urusan adat kerajaan adalah bukti bahwa unsur asing yang hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya akan memunculkan perpercahan dikalangan istana. Keterlibatan unsur asing dalam urusan istana juga merupakan salah satu penyebab utama meletusnya perang antara Kerajaan Banjar dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Awal mulanya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, akan tetapi dengan ikut campurnya pemerintah kolonial dalam urasaan kerajaan mengakibatkan memanasnya hubungan diantara kedua belah pihak yang pada akhirnya akan menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan hegemoni di wilayah Kalimantan Selatan. Perlawanan Kerajaan Banjar berlangsung dalam dua tahap, yang pertama berlangsung dari tahun 1859-1863, sedangkan perlawanan tahap kedua berlangsung dari tahun 1863-1905. Peperangan yang berlangsung hampir setengah abad lamanya berakhir dengan kekalahan di pihak Kerajaan Banjar. Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat Banjar pada tahun 1905, maka hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang telah berdiri sejak tahun 1520.

Jumat, 19 Juli 2013

GUNUNG TEMPAT KERAJAAN GHAIB

Gunung Pamaton ( Kerajaan ghaib)

Gunung Pamaton diketahui ada 2 nama yaitu Pamaton dan Pamuatan.
Gunung Pamaton adalah sebuah gunung di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Di gunung ini pernah terjadi peristiwa Perang Banjar ( 1859-1905).
Gunung Pamaton disebut sebagai tanda batas wilayah Kesultanan Banjar dengan wilayah kekuasaan Belanda, dalam kontrak perjanjian Kesultanan Banjar dengan pihak Belanda tanggal 04 mei 1826 ( 26 Ramadhan 1241).
Gunung Pamaton juga disebut dalam surat wasiat Sultan Adam Al Watsik Billah yang dibuat pada senin, 12 shafar 1259, yaitu batas wilayah yang diberikan kepada Pangeran Hidayatullah.
Disebutkan bahwa digunung Pamaton terdapat pintu masuk kedunia gaib yang diberi nama pintu gerbang kerajaan Pamaton tempat Yang Mulia Sri Paduka Pangeran Suryanata bertahta. Diketahui kerajaan Pamaton adalah pusat kerajaan gaib di Kalimantan ( Kerajaan Banjar ). Sejak zaman dahulu hingga sekarang gunung Pamaton dijadikan tempat tirakat atau bertapa oleh siapa pun yang ingin mencari harta, ilmu dan kesaktian atau kedikdayaan, hanya orang yang dikehendaki atau zuriat yang mendapat Ridho dari Allah SWT yang dapat melihat kerajaan gaib ini. Berdasarkan cerita orang -orang yang pernah masuk kerajaan ghaib ini, kehidupan di Pamaton sangat modern dan ramai sekali.
Yang Mulia Sri Paduka Pangeran Suryanata adalah seorang putera raja Majapahit, bertahta di Kerajaan Banjar pada abad XIV masehi. beliau mempunyai 2 orang putera yaitu Pangeran Surya Gangga Wangsa dan Pangeran Surya Wangsa. Pada suatu hari Yang Mulia Pangeran Suryanata bersama Permaisuri Puteri Junjung Buih mengadakan kerasmin (acara keramaian ) luar biasa serta menjamu semua pejabat kerajaan dan masyarakat. Tatkala semua orang sedang asyik dan ramai, tiba -tiba Yang Mulia Pangeran Suryanata berbicara pada rakyat Negeri Banjar, bahwa baginda akan kembali pulang ketempat asalnya (kayangan) dan memberi petuah -petuah untuk dilaksanakan sepeninggalnya nanti agar rakyat Negeri Banjar selalu tenteram, damai dan sejahtera. setelah berbicara dengan sekejap ghaiblah Baginda beserta Permaisuri ketika itu umur baginda kira -kira 50 tahun.
Seorang Raja akan diangkat harus melalui upacara Kedudus dengan air yang diambil dari sumber mata air yang diambil diantaranya dari Candi Agung Amuntai, Batu Tiring, Candi Laras dan Gunung Pamaton.

CERITA SINGKAT TENTANG KERAJAAN BANJAR

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN BANJAR


Kerajaan Banjar Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau kalimantan yang wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar daerah kalimantan pada saat sekarang ini. Pusat Kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar Kuin Utara (sekarang di daerah Banjarmasin) , kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin dihancurkan oleh Belanda. Kerajaan ini berdiri pada september 1526 dengan Sultan Suriansyah (Raden Samudera) sebagai Sultan pertama Kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar runtuh pada saat berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905. Perang Banjar merupakan peperangan yang diadakan kerajaan Banjar untuk melawan kolonialisasi Belanda. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862 – 1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu. Kemunculan Kerajaan Banjar tidak lepas dari melemahnya pengaruh Negara Daha sebagai kerajaan yang berkuasa saat itu. Tepatnya pada saat Raden Sukarama memerintah Negara Daha, menjelang akhir kekuasaannya dia mewasiatkan tahta kekuasaan Negara Daha kepada cucunya yang bernama Raden Samudera. Akan tetapi, wasiat tersebut ditentang oleh ketiga anak Raden Sukarama yaitu Mangkubumi, Tumenggung dan Bagulung. Setelah Raden Sukarama wafat, Pangeran Tumenggung merebut kekuasaaan dari pewaris yang sah yaitu Raden samudera dan merebut tahta kekuasaan Negara Daha. Wilayah Kerajaan Banjar semakin berkembang dan lama kelamaan luas wilayahnya semakin bertambah. Kerajaan ini pada masa jayanya membentang dari banjarmasin sebagai ibukota pertama, dan martapura sebagai ibukota pengganti setelah banjarmasin direbut belanda, daerah tanah laut, margasari, amandit, alai, marabahan, banua lima yang terdiri dari Nagara, Alabio, Sungai Banar, Amuntai dan Kalua serta daerah hulu sungai barito. Kerajaan semakin diperluas ke tanah bumbu, Pulau Laut, Pasir, Berau dan kutai di panati timur. Kotawaringin, Landak, Sukadana dan sambas di sebelah barat. Semua wilayah tersebut adalah Wilayah Kerajaan Banjar (yang apabila dilihat dari peta zaman sekarang, Kerajaan Banjar menguasai hampir seluruh wilayah kalimantan di 4 provinsi yang ada). Semua wilayah tersebut membayar pajak dan upeti. Semua daerah tersebut tidak pernah tunduk karena ditaklukkan, tetapi karena mereka mengakui berada di bawah Kerajaan Banjar, kecuali daerah pasir yang ditaklukkan pada tahun 1663. Kekayaan alam/hasil bumi yaitu antara lain lada, rotan, damar, emas, dan intan. Mata pencaharian sebagian penuduk yaitu sebagai padagang, petani dan nelayan. Mempunyai hubungan pelayaran dan perdagangan dengan kerajaan lain seperti demak sehingga terjalin kerjasama yang menjadikan daerah pelabuhan menjadi ramai Dalam riwayatnya Kerajaan Banjar memiliki 19 orang raja yang pernah berkuasa. Sultan pertama kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah (1526 – 1545), beliau adalah raja pertama yang memeluk Agama Islam. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862 – 1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu. Sultan Suriansyah sebagai Raja pertama mejadikan Kuin Utara sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan Kerajaan Banjar. Sedangkan Sultan Mohammad Seman berkeraton di daerah manawing – puruk cahu sebagai pusat pemerintahan pelarian. Kerajaan Banjar sebagai salah satu bandar dagang utama di wilayah Kalimantan merupakan pusat perdagangan lada yang mempunyai pengaruh timbal balik antara kedudukan politik dan ekonomi. Sebagai pelabuhan bebas, Kerajaan Banjar tentunya menarik minat bagi para pedagang antar kepulauan untuk sekedar transit maupun berdagang dengan penduduk lokal. Pedagang asing utamanya yang berasal dari Cina, Perancis, Spanyol dan Portugis tentunya juga memiliki minat untuk menjalin kerjasama perdagangan dengan kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar mengalami kemajuaan sebagai dampak dari diaktikannya wilayah kerajaan ini sebagai pelabuhan bebas, tetapi sebaliknya kehadiran unsur asing didaerah itu juga dapat mengakibatkan akselerasi faksionalisme atau perpecahan di kalangan istana. Adanya faksionalisme di Kerajaan Banjar sebagai dampak dari kehadiran unsur asing pada akhirnya menjadi bumerang yang menghancurkan kerajaan Banjar itu sendiri. Kehadiran pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang ikut campur dalam urusan adat kerajaan adalah bukti bahwa unsur asing yang hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya akan memunculkan perpercahan dikalangan istana. Keterlibatan unsur asing dalam urusan istana juga merupakan salah satu penyebab utama meletusnya perang antara Kerajaan Banjar dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Awal mulanya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, akan tetapi dengan ikut campurnya pemerintah kolonial dalam urasaan kerajaan mengakibatkan memanasnya hubungan diantara kedua belah pihak yang pada akhirnya akan menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan hegemoni di wilayah Kalimantan Selatan. Perlawanan Kerajaan Banjar berlangsung dalam dua tahap, yang pertama berlangsung dari tahun 1859-1863, sedangkan perlawanan tahap kedua berlangsung dari tahun 1863-1905. Peperangan yang berlangsung hampir setengah abad lamanya berakhir dengan kekalahan di pihak Kerajaan Banjar. Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat Banjar pada tahun 1905, maka hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang telah berdiri sejak tahun 1520

Minggu, 14 Juli 2013

SEJARAH KESULTANAN BANJAR YANG ADA DI KALIMANTAN

Sejarah Kesultanan Banjar

Bagian 1: Kesultanan Banjar (1520-1860)
KESULTANAN Banjar  berdiri pada tahun 1520 . Kesultanan Banjar semula  berada di Kampung Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kesultanan Banjar kemudian dipindah ke Martapura, Kabupaten Banjar yang disebut juga Kerajaan Kayu Tangi. Kesultanan Banjar masuk Islam pada 24 September 1526. Kesultanan Banjar dihapuskan  oleh pemerintah Belanda pada 11 Juni 1860. Pemerintahan darurat/pelarian berakhir 1905).
Ketika ibu kotanya masih di Banjarmasin, Kesultanan Banjar disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di Kota Negara, sekarang merupakan ibukota Kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.
Menurut mitologi suku Maa­nyan, suku tertua di Kalimantan Selatan, kerajaan pertama adalah Kerajaan Nan Sarunai yang wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai Tabalong hingga ke daerah Pasir.  Keberadaan mitologi Maanyan menceritakan tentang masa-masa keemasan Kerajaan Nan Sarunai, sebuah kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis Maanyan di daerah ini dan telah melakukan hubungan dengan pulau Madagaskar. Kerajaan ini mendapat serangan dari Majapahit sehingga sebagian rakyatnya menyingkir ke pedalaman (wilayah suku Lawangan).